Cegah Meningkatnya DBD, Dinas Kesehatan Mengajak Warga Menerapkan Prilaku Sehat dan Peduli Lingkungan


Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro, Dr.Eko Hendro Saputra,ST.,MKes

Intipmedia.com, Lampung – Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Metro Menghimbau masyarakat senantiasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro, Dr.Eko Hendro Saputra,ST.,MKes menjelaskan, perubahan iklim pada tahun 2024 menjadi penyebab kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat, sehingga sistem diagnosis perlu ditingkatkan.

Lebih lanjut Eko menambahkan, masyarakat umum dan kader jemantik diharapkan mampu mendeteksi dan mengantisipasi meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD)

“Kita butuh deteksi, seperti yang Pak Menteri Kesehatan bilang, yang menyebut tentang rapid test, karena ini perlu didistribusikan di fasilitas kesehatan dasar kita, karena Dengue memiliki (konsekuensi) yang parah apabila telat ditangani,” ujar Eko Hendro, di temuin di acara pertemuan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten.

Eko Hendro mengatakan, Meskipun begitu, Kadis Kesehatan Kota Metro meminta masyarakat Kota Metro tidak panik dan tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Eko Hendro menuturkan, bahwa kenaikan kasus DBD yang cukup drastis pada tahun ini disebabkan oleh multi faktor. Salah satunya adalah kesadaran untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di tingkat individu yang cenderung masih kurang.

“Pasti PSN-nya pada tingkat masyarakat dan individu atau keluarga perlu di tingkatkan. Selain itu, ini juga dipengaruhi fenomena el nino dan ada perubahan iklim sehingga ada perubahan musim,

Lebih lanjut Eko Hendro mengimbau, masyarakat melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkala dan menyeluruh.

Eko berharap, “Mulai sekarang, cek kebersihan di rumah maupun lingkungan sekitar. Jangan sampai ada barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan air,” pungkasnya.

Kader Jemantik Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Foto: dokumen

Terkait dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), adalah masalah lingkungan yang bersumber dari nyamuk dan adanya pembiaran sarang nyamuk oleh setiap orang. Upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).

“Jumantik itu merupakan upaya gerakan yang sangat efektif. Setiap rumah itu ada satu juru pemantau jentik. Kemudian satu rumah itu harus ada Agent of Change untuk mengubah perilaku dan ada gerakan 3M+, mengubur, menguras, menutup, melipat baju-baju yang digantung yang menjadi tempat sarang nyamuk,” papar Kadis Kesehatan Kota Metro.

Jumantik bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal, terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras, genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum. Sarang nyamuk tersebut hendaknya diberantas dengan segera agar tidak menimbulkan DBD.

Tugas Jumantik lainnya adalah melakukan 3M+, dan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN), yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas.

Plusnya, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

Selain 3M+ yang harus dilakukan Jumantik, ia juga bertindak sebagai agent of change dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi ada pelopor untuk mencontohkan dan mengingatkan upaya-upaya pencegahan DBD.

“Apa pun bisa dilakukan masyarakat untuk membunuh nyamuk untuk mematikan lingkungannya, untuk memutus mata rantai hidup jentik nyamuk DBD, menguras, mengubur, kemudian menanam atau mengoleskan serai. Itu langkah yang bagus untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,” tambah Eko.

DBD tidak hanya menyerang pada musim hujan, pada musim kemarau pun potensi seseorang terserang DBD masih ada, belum lagi Indonesia adalah negara endemis DBD. Hal itu bisa terjadi ketika seseorang tidak melakukan perilaku hidup sehat, seperti jarang bersih-bersih dan terbiasa menggantungkan pakaian bekas pakai.

“Kalau sudah sampai pada tahapan KLB, tahapan dimana terjadi banyaknya kasus DBD itu bukan persoalan mudah, karena banyak upaya yang harus dilakukan mulai dari pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan pasien, hingga sosialisasi pencegahan DBD,” kata Eko.(adv)

Berita Terkait

Top